Pada dasarnya pengertian slump adalah sebuah cara melakukan pengujian sederhana untuk mengetahui kemampuan kerja (workability) beton segar sebelum digunakan pada pekerjaan pengecoran. Biasanya kemampuan kerja ini dihubungkan dengan kerataan campuran adukan beton (homogenitas).
Pengujian slump atau “slump test” merupakan hal penting dalam dunia konstruksi karena akan mempengaruhi mutu dan daya tahan beton itu sendiri. Sehingga bisa menopang beban dan tahan lama. Apalagi jika dipakai untuk gedung atau sarana umum yang digunakan orang banyak.
Daftar Isi
Pengertian Slump Beton
Slump beton adalah tingkat kekentalan (viscosity) adukan beton yang baru dibuat. Besaran nilainya akan sangat mempengaruhi proses pengerjaan pengecoran nantinya. Kadar air dalam campuran beton akan menentukan kemampuan kerjanya.
Campuran beton yang terlalu cair atau encer dapat menghasilkan mutu beton yang rendah dan proses pengeringannya lambat. Tapi campuran beton yang terlalu kental bisa menyebabkan adukan kurang rata dan sulit dikerjakan. Untuk mendapatkan kekentalan yang ideal inilah dibutuhkan slump test.
Kemampuan Kerja (Workability) Campuran Beton
Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi standar pengukuran pada slump test yang akan berhubungan dengan kemampuan kerja campuran beton yang dibuat. Untuk lebih jelasnya, simak beberapa uraian berikut:
- Kerataan atau homogenitas campuran beton.
- Tingkat kelekatan adukan semen (sifat kohesif-nya).
- Daya alir (flowabilitas) campuran beton segar.
- Kemampuan campuran beton tersebut dalam mempertahankan homogenitas dan kelekatan jika dibawa atau dipindahkan menggunakan alat angkut (mobility).
- Menunjukan apakah campuran beton tersebut masih dalam kondisi plastis (plasticity).
Tujuan Slump Test Beton
Pengujian slump beton atau slump test biasanya dilakukan setelah campuran beton yang dibuat telah mencapai sifat platis. Yaitu tidak kembali lagi ke bentuk asalnya. Jadi campuran ini bisa dikerjakan sesuai bentuk yang diinginkan di lokasi konstruksi.
Tujuan slump test ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat keenceran atau kadar air yang terdapat dalam campuran beton. Kisaran nilai slump test yang biasa digunakan dalam konstruksi adalah 7 – 12 cm.
Jadi nilai yang berada di luar kisaran tersebut dapat dianggap kurang ideal untuk digunakan. Walaupun campuran beton non-pasir sering memiliki nilai mendekati kisaran 0 cm.
Fungsi Slump Test Beton
Slump test juga dilakukan pada campuran beton ready-mix yang banyak dijual di pasaran, bukan hanya dari campuran biasa. Fungsi slump test ini adalah untuk menyeragamkan mutu campuran beton yang dibuat dengan standar beton yang dibutuhkan pada sebuah proyek konstruksi.
Karena setiap proyek memiliki standar yang sudah ditetapkan dalam spesifikasi teknisnya. Untuk itu, slump test beton sangatlah berfungsi dalam sebuah proyek konstruksi.
Standar Pengukuran Slump Beton
Terdapat dua standar pengukuran yang digunakan saat melakukan pengujian slump beton. Namun pengujian mana yang digunakan harus disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dalam Spesifikasi Teknis yang ditetapkan pada proyek konstruksi tersebut. Peraturan ini berlaku dan digunakan pada konstruksi beton di Indonesia, yaitu:
- SNI 1972-2008. Standar ini digunakan untuk menentukan nilai slump beton. Dapat dilakukan di dalam laboratorium atau langsung di lapangan. Nilai yang tertera dinyatakan sesuai satuan internasional (SI).
- ICS 91.100.30. Pengujian ini melihat kuat lentur beton, yaitu kemampuan beton tanpa tulangan memikul tegangan tarik lentur akibat momen lentur. Satuan yang dihasilkan adalah Mega Pascal (MPa) antara 12,66 – 24,26 MPa.
Tahapan Slump Test Beton
Untuk melakukan slump test, ada persiapan peralatan dan bahan yang harus disiapkan. Setelah semuanya siap baru dapat melakukan pengujian. Untuk lebih jelasnya, simak beberapa tahapan berikut ini:
1. Persiapan Peralatan dan Bahan Test
Alat utama pengujian slump beton adalah dengan memanfaatkan kerucut Abrams berdasarkan standar ASTM C-143 dan alat pendukung lain. Untuk lebih jelasnya, simak beberapa penjelasan berikut:
- Corong baja atau kerucut Abrams dengan diameter sekitar 20 cm pada bagian bawahnya. Sedangkan bagian atas memiliki diameter 10 cm dengan tinggi kerucut 30 cm. Pada kedua sisi luar kerucut terdapat pegangan tangan yang nanti digunakan untuk mengangkatnya.
- Tongkat baja dengan panjang 60 cm dengan diameter 16 mm. Ujung tongkat memiliki bentuk setengah bola (hemispherical). Gunanya untuk memadatkan campuran beton yang dituangkan ke dalam kerucut Abrams.
- Alat getar yang digunakan sebagai alat bantu pemadatan. Walaupun bukan menjadi sarana wajib karena akan mempengaruhi nilai slump juga. Tanpa alat getar nilai slump bisa mencapai 7-12 cm, tapi dengan alat getar nilainya bisa 12,5 atau lebih.
- Campuran atau adukan beton segar yang akan diuji.
2. Proses Pengujian
Setelah peralatan disiapkan, maka pengujian bisa dilakukan segera. Untuk memperoleh hasil atau nilai slump yang baik, pengujian tidak menggunakan alat getar tapi menusuknya dengan tongkat baja yang sudah disiapkan. Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan:
- Kerucut Abrams dibasahi menggunakan kain basah lalu diletakkan di atas plat.
- Pengisian pertama campuran beton dilakukan hingga 1/3-nya lalu ditusuk-tusuk dengan tongkat baja untuk memadatkannya.
- Penusukan dilakukan pada bagian tepi sekitar 25-30 kali agar semua bagian kerucut terisi padat.
- Lakukan pengisian kedua dan ketiga, 1/3 bagian setiap kali, hingga penuh. Lakukan penusukan yang sama setiap kali melakukan pengisian agar padat merata.
- Setelah itu ratakan permukaannya dan tunggulah selama beberapa sambil membersihkan sisa cairan di luar kerucut.
- Angkat kerucut Abrams secara perlahan, tegak lurus ke atas. Lalu dibalik dan secara perlahan beton akan keluar terlepas dari kerucut.
- Lalu letakkan kerucut tadi di sebelahnya.
- Untuk mendapatkan nilai slump, ukurlah perbedaan tinggi yang terjadi antara kerucut dengan beton yang tercetak tadi. Nilai ideal adalah 7-12cm, dengan toleransi 2 cm.
- Jika nilai slump sudah dianggap ideal, maka beton tersebut siap digunakan.
Nilai Slump Test
Setelah melakukan pengujian atau slump test akan terlihat bentuk atau tampilan campuran beton yang telah dibuat. Termasuk kadar air yang terkandung dalam campuran tersebut. Makin besar nilai slump test akan memperlihatkan campuran beton yang terlalu encer.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi besaran nilai pengujian. Selain kandungan air dalam campuran, hal lain adalah ukuran butiran agregat yang digunakan. Juga apakah air mempengaruhi semen atau tidak.
Makin banyak kandungan airnya, tampilan campuran beton semakin encer. Hingga nilai slump test-nya juga tambah besar.
Sebaliknya jika kandungan airnya kurang, campurannya terlalu padat hingga nilai slump test-nya kecil. Yang terkecil terjadi saat campuran beton tidak menggunakan pasir yaitu mendekati kisaran 0 cm.
Pengertian slump beton memang terkait dengan proses pengujian atau slump test beton yang dilakukan. Hal ini penting karena akan menentukan mutu beton sebagai bahan penting sebuah konstruksi. Kekuatan dan daya tahannya bisa dilihat dari mutu yang dihasilkan campuran beton tersebut.