Hirarki Pengendalian Bahaya: Pengertian, Resiko K3, Contoh

Ketika akan mengendalikan bahaya, diperlukan Hirarki pengendalian bahaya sesuai dengan standar K3. Tingkatan ini harus diperhatikan dengan baik agar bahaya bisa dikendalikan dengan sempurna.

Dalam pengendalian bahaya, tingkatan pengendalian sangat penting untuk meminimalkan risiko terjadinya masalah. Salah satunya adalah kecelakaan atau hal-hal yang bisa berpotensi menyebabkan kematian.

Untuk mengetahui tingkatan pengendalian bahaya secara lengkap bisa disimak di bawah ini.

1. Eliminasi

Tingkatan paling tertinggi dari hirarki pengendalian bahaya adalah dengan melakukan eliminasi. Artinya bahaya tersebut harus dihilangkan sehingga tidak akan beresiko menyebabkan masalah kepada pekerja.

Sayangnya untuk melakukan eliminasi ini sering terbentur dengan beberapa masalah. Salah satunya adalah ketidakmampuan seorang pekerja untuk melakukan itu karena terlalu besar.

Tetapi untuk beberapa kasus ringan biasanya bisa langsung di eliminasi atau dihilangkan begitu saja. Jadi tidak akan bisa menyebabkan masalah meski terkadang efeknya tidak akan terlalu signifikan.

  • Contoh kasus:

Seseorang yang merupakan ahli K3 melihat adanya ceceran benda cair di lantai. Benda itu bisa menyebabkan masalah apabila seseorang terkena karena bisa memicu terpeleset.

Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan proses eliminasi dengan menghilangkan cairan tersebut secara sempurna. Misal dengan mengeringkan menggunakan kain pel atau sejenisnya.

Tetapi untuk beberapa bahaya lain yang cukup besar seperti adanya risiko longsor atau terkena gas beracun. Kemungkinan akan sulit untuk dihilangkan karena bersumber dari alam.

Itulah kenapa apabila tidak bisa melakukan tindakan untuk melakukan eliminasi bisa berlanjut ke tindakan selanjutnya. Yaitu dengan melakukan substitusi ataupun penggantian dengan sesuatu yang hampir mirip.

2. Substitusi

Substitusi adalah tingkatan kedua untuk melakukan pengendalian bahaya. Hirarki pengendalian bahaya ini dilakukan karena beberapa alasan atau hal.

Salah satunya adalah ketidakmampuan dari suatu lembaga atau perusahaan untuk melakukan eliminasi. Jadi mau tidak mau mereka harus melakukan proses penggantian.

Selain itu mereka juga bisa melakukan modifikasi terlebih dahulu. Jadi risiko adanya bahaya bisa diperkecil dan tidak akan menyebabkan masalah secara menyeluruh pada pekerja.

  • Contoh kasus:

Katakanlah sebuah perusahaan memiliki mesin yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi produk dalam jumlah banyak. Sayangnya mesin itu mengalami masalah sehingga mengeluarkan suara yang sangat bising.

Suara ini tentu akan mengganggu pekerja yang ada di sekitarnya apalagi berada di sana selama berjam-jam. Sayangnya perusahaan tidak bisa mengganti atau menyingkirkan mesin itu karena tidak tersedia dana.

Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penggantian mesin yang hampir mirip. Jadi daripada menghilangkan mereka lebih memilih untuk melakukan substitusi sesuai dengan kemampuan.

Yang paling penting mesin itu masih bisa bekerja dan produksi dari produk suka bisa berjalan sesuai dengan keinginan.

3. Perancangan / Engineering Control

Sedikit berbeda dengan poin sebelumnya yang melakukan penggantian untuk mengurangi risiko atau melakukan kontrol. Pada poin ini seorang pekerja ataupun ahli K3 akan melakukan pengendalian dengan melakukan perancangan.

Mereka akan melakukan modifikasi pada suatu hal atau sesuatu yang berisiko menyebabkan bahaya.

  • Contoh kasus:

Kita ambil contoh kasus yang berhubungan mesin dengan dengan suara yang sangat bising sebelumnya.

Daripada melakukan penggantian dan melakukan pembelian alat kembali. Perusahaan akhirnya melakukan modifikasi pada mesin sehingga suaranya bisa lebih dikontrol.

Jadi orang-orang yang bekerja di sekelilingnya tidak akan terganggu. Apalagi mereka juga bisa menggunakan penutup telinga sehingga bisa lebih kedap dengan suara.

4. Administrasi

Administrasi ini dilakukan dengan membuat semacam aturan yang bertujuan untuk menurunkan risiko. Jadi, hierarki pengendalian bahaya akan dibahas secara menyeluruh lalu dibuat panduan.

Hal ini akan membuat masalah yang kemungkinan terjadi lebih minim. Bahkan bisa dikendalikan dengan lebih mudah.

  • Contoh kasus:

Ada kasus yang berhubungan dengan penggunaan mesin agar meminimalkan terjadinya suara bising. Salah satunya adalah dibuat aturan agar mesin tersebut hanya dinyalakan selama beberapa jam saja lalu dimatikan.

5. Alat Pelindung Diri

Tingkatan terakhir dari hierarki pengendalian bahaya adalah menggunakan alat pelindung diri atau APD. Alat ini digunakan untuk melindungi bagian tubuh seseorang dari bahaya atau risiko dalam bekerja.

Tingkatan terakhir ini dipilih karena yang paling mudah dan kemungkinan besar 4 tingkatan sebelumnya tidak bisa dilakukan karena beberapa sebab. Jadi mau tidak mau harus menggunakan cara ini.

Selain itu alat pelindung diri biasanya lebih murah atau terjangkau meski secara umum tidak bisa memberikan perlindungan secara maksimal. Bahkan meski sudah menggunakan APD kemungkinan terkena bahaya masih ada.

  • Contoh Kasus:

Pada suatu proyek khususnya di bidang konstruksi seluruh pekerja atau pegawai yang berada di sana akan menggunakan pelindung diri seperti penutup kepala. Mereka akan menggunakan alat seperti helm.

Dengan menggunakan alat tersebut apabila terjadi runtuhan atau jatuhan material dari atas tidak akan langsung mengenai kepala. Jadi risiko terjadinya masalah atau cedera akan sangat rendah.

Selain itu beberapa hal lain yang bisa dimasukkan dalam kategori ini adalah pelindung diri untuk mereka yang bekerja di rumah sakit. Apalagi dalam situasi pandemi yang belum berakhir.

Alat yang digunakan untuk menutup diri dan menghindari terjadinya penularan Covid-19 ini juga bisa dimasukkan dalam hierarki terakhir dari pengendalian bahaya.

Hierarki pengendalian bahaya adalah salah satu standar dari K3. Semua perusahaan khususnya yang memiliki risiko tinggi menyebabkan kecelakaan atau keselamatan kerja harus memiliki hal ini.

Itulah kenapa sebuah perusahaan harus memiliki beberapa ahli K3. Jadi di setiap tindakan yang dilakukan selalu dilakukan analisis untuk meminimalkan atau jika diperlukan melakukan eliminasi risiko.

Apabila hal itu dilakukan dengan baik, tidak akan terjadi masalah selama pekerjaan dilakukan dan seluruh pekerja juga akan aman. Hal ini juga akan sebanding dengan produktivitas dari perusahaan.

Leave a Comment