5 Jenis Alat Ukur Daya Listrik: Pengertian, Fungsi, Kegunaan, Prinsip Kerja

Alat ukur daya atau biasa disebut dengan power meter merupakan sebuah utilitas yang bisa digunakan untuk mengukur gas, listrik, dan bahkan juga air.

Alat pengukur daya dapat membantu penggunanya dalam melacak energi dan pada akhirnya bisa mengoptimalkannya. alat ukur daya sendiri dibagi menjadi beberapa dan salah satunya adalah daya listrik.

Lalu dalam hal jenis-jenis alat ukur daya listrik, ada lima kategori berbeda berdasarkan fungsinya dengan penjelasan masing-masing seperti berikut ini:

1. Wattmeter

Alat pengukur daya yang satu menjadi yang paling umum dikenal. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur arus yang bersifat satu arah maupun dua arah (bolak balik).

Wattmeter akan memberikan indikasi visual dari jumlah energi listrik yang dipasok ke sirkuit yang sedang diukur dan pengguna bisa mengetahui apakah sistem operasi sirkuit sudah benar atau perlu diperbaiki.

Indikasi ini sendiri dinyatakan dengan satuan “watt”, yang menjadi satuan standar untuk pengukuran konsumsi atau suplai energi listrik dalam skala internasional. Wattmeter terbagi menjadi dua, yaitu:

Jenis analog: dilengkapi dengan tiga kumparan internal, ditambah dengan dua buah kumparan arus berjenis statis, dan satu buah kumparan potensial bergerak yang memiliki jarum indikator.

Jenis elektronik atau digital: jenis ini bekerja dengan mikroprosesor untuk mengetahui nilai dari suatu arus atau tegangan listrik pada rangkaian dengan frekuensi beberapa ribu sampel per detik.

Wattmeter masuk dalam kategori alat pengukur daya yang cukup sensitif atau dengan kata lain hasil pengukurannya akurat. Tapi di sisi lain, alat ini termasuk mudah rusak jika jumlah arus listriknya berlebihan.

Tapi jika Wattmeter yang digunakan memiliki kualitas yang bagus atau kelas atas (yang biasanya memiliki fitur saklar koil arus paralel / seri) maka tegangan yang lebih besar biasanya tidak membuat alat rusak.

2. Amperemeter

Alat ukur daya listrik yang satu ini terbagi menjadi dua jenis yaitu DC dan AC berdasarkan arusnya. Sementara berdasarkan konstruksinya, Amperemeter dibagi menjadi empat sebagai berikut:

  • Amperemeter kumparan bergerak
  • Amperemeter elektrodinamometer
  • Amperemeter besi bergerak
  • Amperemeter tipe penyearah.

Penggunaan Amperemeter adalah dengan dipasang secara berderet alias seri agar semua elektron dan arus listrik bisa melewati Amperemeter dengan mudah.

Jenis rangkaian listriknya sendiri yang bisa menggunakan alat Amperemeter adalah yang model tertutup. Sedangkan untuk resistansi dari rangkaian Amperemeter termasuk rendah sehingga bisa terjadi drop.

Karenanya, setiap Amperemeter memiliki sekering built-in untuk melindungi Amperemeter dari arus besar. Lalu untuk modelnya, Amperemeter ada yang analog dan digital.

Amperemeter model analog menggunakan prinsip kerja jarum penunjuk dalam menampilkan pengukuran. Sedangkan model digital menunjukkannya dalam bentuk angka.

Saat akan menggunakan Amperemeter, arus listrik pertama harus diputus terlebih dulu, baru setelah alat terpasang, arus listrik dapat disambungkan kembali.

3. Ohm Meter

Ohm Meter adalah utilitas yang digunakan untuk mengetahui hambatan listrik dari suatu rangkaian yang biasanya berjenis tertutup dengan satuan dari hasil perhitungannya adalah ohm.

Arus listrik yang sudah diterapkan pada Ohm Meter akan menunjukkan hasil pengukuran resistansi, lalu perhitungan dari resistensi yang lebih lanjut dapat dihitung dengan Hukum Ohm dengan rumus V=1R.

Komponen bernama Galvanometer merupakan bagian utama dari Ohm Meter, dan alat ini akan bekerja dengan baterai.

Lalu untuk prinsip kerja dari alat ini sendiri adalah menggunakan jarum dan dua kabel uji dengan warna berbeda di kedua ujungnya.

Kabel yang berwarna merah akan terhubung dengan terminal bermuatan positif, sedangkan kabel satu lagi yang berwarna hitam akan dihubungkan dengan terminal yang negatif.

Perangkat Ohm Meter ini dapat menggunakan rangkaian seri maupun paralel tergantung pada apakah resistansi yang diukur merupakan bagian dari resistansi shunt atau rangkaian biasa.

4. Multimeter

Dikenal juga dengan nama Avo Meter, perangkat ini merupakan jenis alat ukur daya listrik lainnya yang bisa mengukur arus, hambatan, serta tegangan.

Dibanding beberapa jenis alat sebelumnya, Multimeter tergolong praktis digunakan dengan hasil yang cepat dan juga bisa untuk mengukur rangkaian listrik jenis DC serta AC.

Tapi sebelum digunakan, alat ini perlu disetel terlebih dulu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna, apakah untuk mengukur hambatan, arus, atau tegangan listrik.

Selanjutnya ujung yang berwarna hitam harus disambungkan ke terminal negatif dan ujung merah ke terminal positif. Nah, hasil pengukuran akan terlihat pada skala yang diwakili oleh jarum.

5. Volt Meter

Tegangan listrik yang ada di antara dua rangkaian listrik dapat diukur dengan menggunakan alat ukur daya bernama Volt Meter, atau dengan kata lain alat ini bisa mengukur perbedaan potensial.

Volt Meter dapat digunakan pada arus yang satu arah atau disebut DC dan bisa juga pada sirkuit arus yang bolak-balik atau disebut AC.

Ada juga Volt Meter khusus yang dapat digunakan untuk mengukur RF (tegangan pada frekuensi radio). Sama seperti Wattmeter, Volt Meter juga tersedia dalam versi digital dan analog.

Volt Meter tradisional (analog) menggunakan galvanometer sensitif (pengukur arus) yang memiliki resistansi internal tinggi agar rentang tegangan dapat ditampilkan.

Sedangkan Volt Meter digital tidak perlu dan bisa langsung menunjukkan tegangan yang ada sebagai angka.

Alat pengukur ini memiliki batasan pengukuran maksimal, jadi jika digunakan pada tegangan yang lebih besar dari batas ini, alat akan error atau bahkan rusak.

Masing-masing alat ukur daya listrik pada daftar di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing serta prinsip kerja yang berbeda.

Leave a Comment