Filosofi Arsitektur Bali – Arsitektur merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia, terutama kaitannya dengan sebuah bangunan. Salah satu arsitektur yang kerap menjadi sorotan dan perhatian adalah arsitektur Bali. Hal tersebut tidak terlepas dari filosofi arsitektur Bali itu sendiri yang menyimpan banyak makna.
Pembahasan berikut akan mengulas terkait definisi filosofi dari arsitektur Bali, ragam filosofi, konsep dasar, serta aspek penting dari arsitektur Bali. Simak pembahasan dari masing-masing poin agar lebih memahami tentang arsitektur Bali. Detail pembahasan arsitektur Bali dapat dibaca pada uraian berikut:
Daftar Isi
Sejarah Arsitektur Bali
Filosofi arsitektur Bali adalah makna yang terkandung dari susunan tata ruang wadah kehidupan masyarakat Bali selama kurun waktu yang lama. Masa pertumbuhan dan perkembangan arsitektur Bali diperkirakan berada pada masa prasejarah sampai kekuasaan Majapahit atau sekitar abad ke-15 hingga ke-19.
Arsitektur Bali pada dasarnya berlandaskan Kitab Lontar yang memuat dua aturan yakni asta kosala-kosali serta asta bumi. Makna asta kosala-kosali yakni mengatur tentang tata cara pembangunan rumah, tempat ibadah, serta bangunan upakara. Asta bumi yakni mengatur tentang luas dan jarak.
Wilayah di Bali mempunyai ragam karakter yang membedakan satu sama lain. Karakter arsitektur daerah dataran rendah berbeda dengan daerah pegunungan. Selain itu, daerah Bali Utara juga memiliki karakternya tersendiri. Meskipun demikian, pada dasarnya setiap arsitektur Bali memiliki filosofi utama sebagai acuan.
Filosofi Utama Arsitektur Bali
Ada beberapa filosofi utama yang membentuk arsitektur Bali serta menjadi pengaruh dalam penyusunan tata ruangnya. Filosofi utama tersebut antara lain:
1. Tri Angga atau Tri Loka sebagai Keseimbangan Kosmologis
Mpu Kuturan merupakan pencetus dari prinsip Tri Angga atau dikenal juga dengan sebutan Tri Loka. Prinsip Tri Angga memuat tata nilai mengenai hubungan antara alam dan manusia. Alam berlaku sebagai “wadah”, sementara manusia merupakan “pengisi” atau penghuni dari “wadah” tersebut.
2. Tri Hita Karana sebagai Konsep Kosmologis
Konsep Tri Hita Karana memuat filosofi bahwa alam dan manusia dihubungkan oleh 3 unsur agar tercapai kesempurnaan hidup. Unsur tersebut adalah jiwa, raga, serta tenaga. Ketiga unsur tadi dapat menciptakan kesempurnaan, jika manusia menjaga keharmonisan hubungan dengan Tuhan, alam, maupun manusia lain.
3. Sanga Mandala sebagai Orientasi Kosmologis
Arsitektur Bali memperhatikan hubungan antara bangunan dengan kosmologi. Orientasi kosmologi dalam arsitektur Bali kerap disebut dengan Sanga Mandala. Orientasi ini mutlak menjadi acuan dari setiap arsitektur Bali. Sanga Mandala itu sendiri tersusun atas 3 sumbu, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Sumbu Tri Loka, yang terdiri dari Bhur (litosfer), Bhwah (Hidrosfer), dan Swah (atmosfer).
- Sumbu Ritual, yang terdiri dari Kangin (terbitnya sang matahari) serta Kauh (terbenamnya sang matahari).
- Serta Sumbu Natural, terdiri atas gunung serta laut.
Aspek Penting dari Arsitektur Bali
Setiap arsitektur pasti mempunyai aspek penting yang menjadi perhatian demi kenyamanan dari penghuninya. Aspek penting yang dipunyai arsitektur Bali di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sistem Sirkulasi Udara yang Bagus
Sirkulasi udara yang bagus akan meningkatkan kenyamanan dan kesehatan dari penghuni suatu bangunan. Bangunan tradisional di Bali sering dijumpai mempunyai jendela yang besar sebagai pertukaran udara. Selain itu, kerap pula dibuat suatu rongga di antara dinding dan atap guna sirkulasi udara.
2. Fondasi yang Kuat dan Kokoh
Menurut filosofi Tri Loka yang ada dalam Sanga Mandala, tubuh manusia memiliki kemiripan dengan rumah. Hal itu berarti bahwa sebuah rumah harus mempunyai pondasi yang kuat dan kokoh. Diyakini bahwa pondasi rumah yang kuat akan menularkan kekuatan pula kepada seluruh elemen hunian.
3. Halaman yang Luas
Menurut konsep Tri Hita Karana, manusia harus melakukan harmonisasi yang baik salah satunya dengan alam supaya tercapai kesempurnaan. Halaman rumah merupakan sebuah simbol dari alam. Rumah yang memiliki halaman luas dapat menjadi sarana bagi sang pemilik rumah untuk leluasa menjalin harmonisasi dengan alam.
4. Tembok Penjaga sebagai Pelindung
Bangunan yang mengikuti arsitektur tradisional Bali dikelilingi oleh tembok penjaga yang tinggi. Tembok tersebut berfungsi sebagai pelindung bagi pemilik rumah dari pandangan orang-orang di luar. Fungsi lainnya adalah sebagai penangkal ilmu hitam termasuk roh-roh jahat supaya tidak dapat masuk ke dalam rumah.
Keunikan yang Dimiliki Arsitektur Bali
Arsitektur Bali memiliki keunikan yang menjadi daya tarik bagi penikmat seni arsitektur maupun orang awam. Keunikan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Terdapat Pura Umat Hindu
Pengaruh Hindu sangat nampak pada arsitektur Bali. Nuansa Hindu pada arsitektur Bali dapat dilihat pada pura atau patung yang ada di setiap bangunan atau arsitektur Bali. Pura di Bali kebanyakan mempunyai 3 tingkatan, tingkatan tertinggi sebagai representasi kesakralan serta pemujaan kepada dewa-dewi.
2. Terdapat Pengaruh Politeisme
Masyarakat Bali seringkali menggunakan konsep terbuka dalam pembangunan pura atau tempat tinggal mereka. Konsep terbuka ini utamanya diterapkan kepada hal-hal yang sifatnya peribadatan. Sering dijumpai di dalam satu kompleks pura ada lebih dari satu pura yang difungsikan untuk pemujaan dewa yang berbeda.
3. Berorientasi pada Kesakralan
Bali merupakan wilayah di mana masyarakatnya sangat menghormati hal-hal yang sakral. Kesakralan tersebut juga terdapat dalam arsitekturnya.
Setiap bangunan yang didirikan mempunyai filosofi dan nilai sakral yang tidak sembarang orang dapat memasukinya dengan leluasa. Bangunan kecil pun didesain memakai konsep yang menunjukkan kesakralan.
Demikian ulasan tentang filosofi arsitektur Bali yang memuat beragam nilai penuh makna. Setelah mengetahui tentang filosofi yang terkandung, ada baiknya memperhatikan adab ketika mengunjungi bangunan di Bali. Sebab, nilai-nilai sakral sangat dijunjung tinggi dan pendirian bangunannya memperhatikan berbagai tata nilai.