Arsitektur hijau pada dasarnya adalah arsitektur yang ramah lingkungan. Mulai banyak bangunan di Indonesia yang menerapkan arsitektur ini. Kira-kira apa kriteria bangunan hijau? Cari tahu di bawah!
Daftar Isi
Pengertian Arsitektur Hijau
Green architecture atau arsitektur hijau adalah konsep pembangunan atau arsitektur yang mengutamakan nilai-nilai ekologis dan konservasi lingkungan. Tujuannya menghasilkan bangunan yang eco-friendly alias ramah lingkungan.
Alih-alih merusak lingkungan, arsitektur ini justru memeluk dan mengadaptasi struktur lingkungan dalam mendirikan bangunan baru. Bahkan arsitek memanfaatkan sumber daya yang tersedia sebaik mungkin.
Prinsip Dasar Arsitektur Hijau
Bangunan bisa dikatakan mengusung tema arsitektur hijau bila memenuhi prinsip berikut ini:
Hemat Energi
Green architecture menomorsatukan pemanfaatan sumber energi alami, seperti potensi matahari ketimbang listrik.
Sinar matahari ini merangkap sebagai pemanas alami yang menghangatkan ruangan.
Bangunan yang menerapkan gaya arsitektur ini biasanya memiliki banyak ventilasi atau jalur udara untuk meminimalkan emisi rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan air conditioner atau AC.
Bekerja dengan Klimat
Apa maksudnya bekerja dengan klimat? Artinya bangunan dibangun untuk beradaptasi dengan iklim dan kondisi lingkungan sekitar.
Salah satu penerapan dari prinsip ini meliputi penggunaan sistem ventilasi silang, sistem air pump serta posisi bangunan yang mengarah ke sinar matahari, dan memperbanyak tanaman.
Menghormati Lingkungan
Arsitektur hijau memiliki hubungan yang baik dengan alam, baik dari konstruksi hingga pengoperasian bangunan.
Karena itu untuk merealisasikannya dibutuhkan perencanaan desain bangunan yang sesuai dengan bentuk lahan.
Desain arsitektur bertingkat lebih dipilih untuk pemanfaatan lahan terbatas, terutama di area perkotaan.
Memperhatikan Kebutuhan Penghuni
Selain memperhatikan kondisi lingkungan, yang perlu diperhatikan berikutnya adalah kebutuhan penghuni atau pemilik rumah.
Bangun rumah yang sesuai kondisi penghuni agar mereka kerasan tinggal di rumahnya.
Mendaur Ulang Material
Dalam pembangunan hunian arsitektur hijau, material yang mudah didaur ulang lebih dipertimbangkan. Tujuannya untuk mengurangi produksi limbah.
Meski dari bahan daur ulang, kualitasnya tetap bagus. Bahkan bisa disulap menjadi bangunan nyentrik dan kekinian.
Hunian semaksimal mungkin menggunakan material yang sudah ada, alih-alih tidak dipakai.
Pemanfaatan Teknologi yang Tepat
Penggunaan teknologi untuk operasi bangunan juga perlu diperhatikan. Bangunan dengan konsep ini hanya memanfaatkan teknologi yang benar-benar dibutuhkan dan sifatnya berkelanjutan.
Fungsi Arsitektur Hijau
Selain mencegah bertambahnya kerusakan lingkungan akibat konstruksi bangunan, berikut fungsi dari green architecture:
- Tidak boros penggunaan energi
- Mengurangi pembelian material baru
- Mengurangi produksi limbah konstruksi
- Lebih hemat air
- Mengikuti bentang dan kondisi lahan yang ada
Cara Membangun Hunian Sesuai Prinsip Arsitektur Hijau
Pembangunan hunian berlandaskan green architecture tidak sesulit yang mungkin dibayangkan. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan, berikut di antaranya:
Menggunakan Material Ramah Lingkungan
Penggunaan material sustainable living patut diterapkan pada bagian lantai, atap dan dinding.
Perpaduan beberapa material alami akan menambah kesan yang indah. Material alami meliputi batu bata, bambu, kayu, dan lain-lain.
Sebaik mungkin jauhi material plastik. Mengingat sifatnya sulit terurai, plastik cenderung mencemari lingkungan.
Gunakan furnitur atau benda dekorasi secondhand untuk mengisi ruangan.
Perbanyak Jumlah Jendela
Jumlah jendela atau bukaan akan mempengaruhi temperatur dalam rumah. Bangunan hijau biasanya dilengkapi dengan sejumlah jendela.
Tujuannya untuk mengoptimalkan sirkulasi udara, serta menjaga ruangan agar tetap sejuk tanpa penggunaan AC berlebih.
Selain itu, sumber energi dari matahari lebih dipertimbangkan untuk mengurangi konsumsi listrik.
Melalui bukaan yang cukup, cahaya alami bisa masuk dan menerangi ruangan. Hal ini tentu akan memangkas biaya tagihan listrik.
Memperluas Lahan Hijau
Penyediaan lahan hijau yang luas turut meningkatkan kelestarian lingkungan.
Ada beberapa metode penyediaan lahan hijau, mulai dari urban farming, vertical garden, rooftop garden, hingga taman depan rumah.
Tanami dengan vegetasi yang bisa membantu mengontrol suhu. Pilihan lainnya dengan menanami tanaman apotek hidup, sayur-sayuran atau tanaman hias.
Kurangi Dinding Kaca
Tidak bisa disangkal, dinding kaca memang tak pernah gagal mempercantik bangunan. Rumah terasa lebih modern dan terbuka.
Akan tetapi penggunaan dinding kaca yang terlalu banyak justru menyumbang kerusakan lingkungan, pasalnya dinding kaca memproduksi efek rumah kaca.
Di negara-negara tropis, hunian dengan dinding kaca tidak direkomendasikan. Kaca tidak bisa menghalau masuknya sinar matahari, justru menahan masuknya udara dari luar ke dalam.
Gunakan Panel Surya
Panel surya adalah opsi yang bagus untuk produksi energi cadangan. Penggunaan energi ini membantu melestarikan lingkungan dan mewujudkan prinsip rumah ramah lingkungan.
Bangunan Hijau di Indonesia
Berikut adalah bangunan di Indonesia yang sudah mengantongi sertifikat Greenship EB:
Menara BCA Jakarta
Bangunan hijau tidak harus sepenuhnya ditanami tumbuhan hijau. Itulah gambaran dari gedung Menara BCA Jakarta.
Tetapi operasional gedung yang terdiri dari 57 lantai ini berhasil menekan penggunaan listriknya hingga turun 35%.
Atas pencapaian tersebut, Menara BCA Jakarta dianugerahkan dengan sertifikat Greenship Existing Building Platinum, meski bangunannya tidak didominasi unsur hijau.
Sampoerna Strategic Square
Bangunan hijau berikutnya jatuh pada Sampoerna Strategic Square. Beberapa mungkin mengenalnya sebagai bangunan perkantoran dengan aksen Eropa klasik yang kental.
Tidak hanya memanjakan mata, bangunan ini juga ramah lingkungan. Sampoerna Strategic Square memegang sertifikat Greenship Existing Building Gold pada tahun 2012.
Sertifikat ini diberikan atas upayanya merawat lingkungan, mulai dari manajemen sampah, meningkatkan kualitas udara, daur ulang sumber daya hingga memangkas penggunaan air hingga 42%.
Sequis Center
Bangunan yang terletak di Sudirman ini menekan penggunaan listrik hingga 28,12 persen dan menghemat penggunaan air hingga 28,26 persen.
Tak heran kalau bangunan ini memperoleh Greenship Existing Building Gold 1.0 dari Green Building Council Indonesia.
Masih banyak bangunan di Indonesia yang menambah daftar panjang bangunan dengan arsitektur hijau. Alam tentu sangat menghargai upaya cinta alam ini.
Read Also : What You Need to Know About Green Energy